Beauty Talk | Kenali Jenis Kulitmu


Setiap orang dilahirkan dengan satu macam tipe kulit, bisa normal, kering, berminyak, atau kombinasi. Kadang tipe kulit tersebut bisa berubah jenis menjadi kulit sensitif. Masing-masing memiliki ciri yang berbeda dan membutuhkan perawatan yang tidak sama.

Tipe kulit manusia ditentukan oleh genetik, jadi tidak mungkin orang yang terlahir dengan kulit berminyak berusaha merubahnya menjadi tipe kulit yang normal.  Tidak ada yang bisa membuat jenis kulit kita berubah. Kalaupun ada semacam cara, itu hanya mengurangi dan tidak selamanya.


Walaupun jenis kulit adalah bawaan lahir, ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan sementara pada kulit kita, yaitu:
  • obat-obat (pil KB, obat jerawat, siklus haid,  dll)
  • hormonal (menstruasi, kehamilan, pubertas)
  • Skin care
  • kondisi kesehatan secara umum
  • Cuaca, iklim, sinar UV, polusi.
  • Stress
  • Lifestyle (rokok, diet,dll)

Dan kali ini aku akan share ciri-ciri dari berbagai macam tipe kulit kita, agar kita bisa merawat kita secara tepat.

Kulit Normal

Beruntunglah orang yang memiliki tipe kulit normal. Karena tipe kulit seperti ini jarang mengalami permasalahan, tidak memerlukan perawatan ekstra, dan bisa sesuka hati bereksperimen dengan aneka macam makeup ataupun menjajal banyak macam perawatan kulit tanpa takut gampang breakout (yah, namanya saja 'normal' :D)


Mereka yang berjenis kulit normal, biasanya memiliki ciri seperti ini:
  • Tidak atau jarang mengalami keluhan pada kulit wajah
  • Kulit tanpak mulus, warna kulit merata, vibrant, elastis, supple, ah pokoknya yang bagus-bagus semua.
  • Kelembaban kulit seimbang, tidak terlalu kering, tidak juga berminyak
  • Kondisi kulit tidak terlalu banyak berubah sepanjang hari
  • Makeup cenderung awet

Kulit Kering

Biasanya, kulit seperti ini dimiliki oleh mereka yang sudah memasuki fase penuaan. Mereka yang berkulit normal, seringkali membutuhkan pelembab ekstra saat memasuki aging karena kulitnya cenderung lebih kering. Tapi, yang terlahir dengan kulit berjenis kering juga banyak.



Ciri dari tipe kulit kering adalah:

  • Keluhan utama, kulit seperti terasa tertarik terutama setelah mencuci muka atau di ruangan ber-AC
  • Kulit wajah tampak kering, keriput, kusam dan terkadang tampak kelupas halus (flakies)
  • kelembaban kulit tidak seimbang, kulit tampak dehidrasi.
  • Makeup awet, namun bisa semakin menonjolkan kekurangan si kulit kering bila penggunaannya berlebihan atau tidak tepat

Kulit Berminyak

Aku punya tipe kulit semacam ini, dan... memang merepotkan. Meski begitu memiliki kulit berminyak itu banyak hikmahnya. Aku jadi lebih care terhadap diri sendiri (tadinya cuek), menjadi orang yang sangat bersyukur di saat kulitku sedang mulus (gak sombong kalau lagi punya kulit bagus ;p), menjadi orang yang lebih teliti dalam memilih, lebih banyak ingin tahu, latihan sabaaar kalau mulai jerawatan, terlatih untuk terus berpikir positif, dan banyak lagi.

Bukan mitos kalau yg berkulit berminyak cenderung tidak mudah menua, karena minyak yang melapisi kulit memang bisa menahan kelembaban di atasnya. Awalnya aku kira itu omong kosong, atau sekedar 'mau nyeneng-nyenengin' kita yang kulitnya minyakan. 

Walaupun tidak mudah kering dan menua, orang dengan kulit berminyak bisa juga mengalami kekeringan karena kurangnya hidrasi atau karena pemakaian obat/skincare. 



Kalau kalian punya kulit yang mudah berminyak, cirinya seperti ini:

  • Keluhan utama kulit mudah berminyak dan berjerawat
  • Kulit tampak kusam, kumal, lengket, atau pori-pori besar.
  • Kelembaban kulit biasanya tidak ada masalah, namun meski berminyak kulit tipe ini bisa kering dan dehidrasi juga.
  • Makeup mudah luntur. Namun dengan kemajuan teknik dan ragam produk make-up, rasanya ini bukan masalah lagi (paling jadi sering ngaca buat ngecek :p)


Kulit Kombinasi

Kulit kombinasi itu biasanya ada 2 macam: Ada kombinasi normal-dry dan normal-oily.

  • Kalau kombinasi kering, biasanya normal-berminyak di area T-Zone dan kering di area pipi. 
  • Sedangkan yang kombinasi berminyak, memiliki tipe kulit oily di area T dan normal di area pipi. 

Konon kulit kombinasi itu jarang. Dan biasanya, orang yang memiliki macam kulit seperti ini harus pintar-pintar dalam merawatnya, karena mereka bisa punya dua masalah yang berbeda penanganannya dalam satu muka.

Kulit Sensitif

Sebenarnya kulit sensitif bukan tipe kulit utama pada wajah, karena setiap macam jenis kulit bisa berubah ke arah kulit sensitif, tergantung kondisi dan beberapa pencetus, misalnya saat kehamilan, penggunaan obat-obatan, dll.

Ada banyak pendapat yang mengelompokkan kulit sensitif  ke dalam salau satu jenis kulit utama, tapi aku mengambil pendapat yang pertama tadi.



Ciri kulit sensitif yaitu:
  • Keluhan utamanya, kulit mudah terbakar sinar matahari dan sering tidak cocok dengan berbagai produk perawatan kulit. 
  • Kulit sering tampak memerah dan iritasi
  • Berhati-hati dalam memilih jenis make-up

Nah, itu saja. Kalau tipe kulitmu apa, ya?


Referensi:


Make Up | ZOYA Cosmetics Natural White Two Way Cake


Kalau ada yang suka beli kerudung dan baju muslim, pasti kenal merk ZOYA. 

Jauh sebelum marak merk designer hijab, merk Shafira (versi murahnyIW)n brand kosmetik sendiri, namanya ZOYA Cosmetics. Kabar bagusnya, produk ini sudah bersertifikat halal dari MUI, lho. Hmm, makin banyak deh pilihan kosmetik halalnya :D

Kemasan kosmetik keluaran Zoya pun lucu-lucu dan gak pasaran, beda sama kosmetik lokal lain yang kadang kemasannya suka sama -cuma beda warna-. TWC yang akan kureview kali ini pun punya casing yang bagus, tapi apakah penampakan luarnya sebaik kualitas dari produknya? 


DESKRISPSI PRODUK

ZOYA Cosetics Natural White Two Way Cake adalah bedak plus foundation yang tentunya sudah kita kenal dengan istilah two way cake (TWC).

Kalau dilihat dalam deskripsi produknya, bedak ini memiliki formula microcoated yg bisa menghasilkan tampilan makeup yang lebih natural dan tidak menggumpal.

Kemudian ada kandungan Grape Seed Oil sebagai anti oksidan. Sayangnya, grape seed oil untuk mereka yang cenderung berjerawat bisa menjadi ancaman, karena kalau ditilik dari comedogenicity ratings, grape seed oil termasuk salah satu yang paling berpeluang meimbulkan komedo dan bakal acne.

Sebagai syarat memasukkan kata 'natural white' dalam bedak ini, ada kandungan ekstrak Mulberry yang bermafaat sebagai pencerah wajah.

Terakhir, bagian terpenting (bagi aku) dalam sebuah bedak adalah UV filter.

Deskripsi Produk dan Kandungan

KEMASAN 

Dari awal mengenal Zoya Cosmetics, TWC ini lah yang paling mencuri perhatian diantara semua produknya, karena packagingnya bagus dan gak seringkih TWC halal merk tetangga (yang masih jadi favoritku sampai sekarang, btw)

Casingnya bundar berwarna putih dan tampak kokoh. Tidak seperti TWC lokal kebanyakan, saat casing-nya dibuka yang pertama kita lihat adalah wadah spons, barulah saat kita buka lid berikutnya tampak wadah bedaknya

Aku sulit mendeskripsikan seperti apa detilnya, yang jelas memang terlihat bagus. Jelas lah, karena sebelum ZOYA merambah kosmetik halal, ZOYA sudah lama dikenal di industri fashion.

Casing
Wadah Spons

Dibalik wadah spons, baru bedaknya.

 

SHADE

Pilihan warna yang ditawarkan ZOYA cosmetics TWC ini ada 3: Sand (paling gelap), Translucent dan Blossom (paling terang).

Nah, karena katanya shade Translucent itu paling bagus untuk orang berkulit kuning langsat, jadinya aku pilih ini. 



TEKSTUR

Tekstur dari TWC ini sangat lembut. Formula microcoated-nya menurutnya memang terbukti baik. Sama sekali tidak terasa berat di wajah.
        

COVERAGE

Shade yang aku pilih pada bedak ini sepertinya memiliki arti sesungguhnya. Iya, Translucent di sini betul-betul translusen alias nyaris transparan! 

Saat menggunakan TWC ini, hampir tidak ada bedanya dengan tidak menggunakan bedak. Mungkin, lebih mirip compact powder biasa dibandingkan two way cake.

Awalnya kukira shade Translucent nya lah yang memang bisa menyesuaikan dengan warna kulitku. Namun setelah kuperhatikan lagi, TWC ini memang tidak terlalu mengcover pori-pori, bahkan noda jerawat yang hampir pudar.

Tidak terlalu lazim bagi sebuah TWC memiliki coverage yang sheer seperti ini, mengingat yang membedakan TWC dengan compact powder biasa adalah daya tutupnya.


Hampir tidak ada bedanya.

OIL CONTROL

Saat kalian bertanya tentang oil control, tanyalah pada mereka yang kulitnya berminyak. Percuma tanya sama yang kulitnya normal, karena mereka akan selalu bilang 'bagus-bagus aja kok'. Hehe

Nah, untuk orang yang kulitnya berminyak sepertiku, pasti mencari produk makeup yang sebisa mungkin cocok. Dan oil control pada bedak ini... average lah. Pas pokoknya, yang penting tidak membuat wajahku berminyak lebih cepat. 

OXIDIZE?

Selain oil control, saat mencari produk complexion makeup, pasti aku mempertimbangkan kemungkinan mereka untuk teroksidasi, alias menjadi tampak gelap dari saat awal mula diaplikasikan.

Oksidasi kan sebenarnya proses alam akibat paparan udara. Yah, seperti apel yang dikupas trus jadi cokelat setelah beberapa lama terpapar oksigen.

Nah, kalau makeup bisa oxidize, itu kenapa ya??

Aku sendiri tidak terlalu paham. Tapi, ada yang bilang, oksidasi pada makeup terjadi karena kandungan mineral pada produk bereaksi dengan lemak/minyak yang ada dipermukaan kulit ataupun kandungan minyak yang ada pada base makeup misalnya pelembab, sunscreen.

Sayangnya, saat menggunakan bedak ini, beberapa lama kemudian wajahku terlihat lebih kusam alias menggelap. Dengan kata lain, bedak ini oxidize dengan suksesnya di kulitku.

Biasanya, oksidasi pada bedak dipengaruhi juga kan dengan base yang kita pakai. Dan base yang aku pakai sehari-hari hanya sunscreen. Aku belum coba base lainnya. Mungkin lain kali bisa dipakai sebagai finishing powder, mengingat tekstur bedak ini sangat ringan, jadi kayaknya gak akan cakey kalau digunakan untuk setting foundation cair.

RESUME

  • Plus: Halal certified, Nice packaging, tekstur ringan, oil control lumayan
  • Minus: daya tutupnya kurang bagus (sheer coverage), oxidize. 

Terakhir, karena mengandung grape seed oil, TWC ini tidak ku rekomendasikan untuk kulit berminyak karena punya comedogenicity rate yg tinggi. Tapi sepertinya itu tidak selalu berlaku untuk semua kulit berminyak, karena aku sendiri tidak memiliki masalah dengan grape seed oil :))

Beauty Talk | Masalah Kulit Badan Yang Kering, Mandi Tanpa Sabun atau Pilih Sabun Natural??

Salah satu jenis kosmetik yang paling ribet kucari adalah sabun mandi. Rasanya jauh lebih susah dibanding nyari suami idaman *maaf para Jones :p

Disaat kulit wajahku berminyak, di beberapa area kulit seperti kaki dan tangan malah cenderung kering. Dan keringnya gak cuma sekedar kering, tapi kering yang bikin gatal. Jadi, memilih sabun pun harus hati-hati, mengingat aku pun sedikit malas mengoleskan pelembab di badan.

 





Sampai Baba pernah bilang gini,"Yaudah, pakai batu kali aja kayak orang dulu. Tinggal digosok-gosok doang..."

Hehehehe...

Tapi sekilas memang pernah baca di sebuah forum online yg menyinggung masalah mandi tanpa sabun. Iya, mandinya cuma pakai air aja. Hmm, gimana rasanya tuh??

Masuk akal juga ya, karena pembersih badan itu memang cenderung bikin kulit kering (apalagi yang kulitnya emang kering kaya eke). Kenapa:
  • Kalau pakai sabun biasa (sabun yg dalam pembuatannya pakai lye/soda), biasanya pH nya alkali, bisa di atas 7, sedangkan kulit kita pHnya 4-5. Nha, pH yang alkali ini lah yg membuat kulit jadi kering, karena acid mantle pelindung kulitnya terkikis
  • Kalau pakai sabun yang pembusanya pakai detergen (biasanya ada kandungan sodium laury/laureth sulfate), bisa bikin kering juga karena bahan tadi sifatnya iritan. Tapi, kalau kalian kulitnya gak bermasalah dengan bahan di atas, ya gak apa-apa.

Stelah itu, aku baca-baca lagi mengenai ide tersebut. Ternyata banyak yang sukses dan ada juga yang gatot karena gak tahan sama bau badan atau kulit kasar dan kusam. Aku baca juga dari blog blogger luar yang bertahun-tahun mandi tanpa sabun dengan berbagai alasan, dari alasan kesehatan sampai lingkungan, dan mereka masih ngeksis aja tuh :p

Oke fix, aku harus coba no-soap!! Tapi kalau sampoan sih tetep (i cant imagine my oily scalp skipping out on shampoo! Mau jadi apa rambutku??).

Oiya, dan tanpa Batu Kali :D

Water-Only Washing

Water-only washing ini hanya saat mandi ya, karena kalau sehari-hari aku tetap sering mencuci tangan dengan sabun/cairan antiseptik mengingat aku breaktifitas di tempat rentan infeksi.

Mandi tanpa sabun bisa kubilang ide yang bagus, karena bisa menahan acid mantle pelindung pH alami kulit kita yang sering tersapu oleh alkali sabun ataupun bahan iritan macam sulfat.

Awalnya aku memang menikmati semua ini, sebelum aku ingat kalau aku memang punya bakat kulit berminyak, jadi gak semuanya kering. Jadinya, setelah sekian lama mandi tanpa sabun, pada beberapa area seboroik di badanku mulai berontak. Iya, akhirnya aku sukses berkomedo dan berjerawat di beberapa area tersebut terutama di punggung dan dada.

Sekedar info, area seboroik/seborrheic adalah area di tubuh kita yang memilik banyak kelenjar minyak (glandula sebesea). Area tersebut meliputi kulit kepala, wajah, dada, pungung dan sela paha. Kalau yang kulit wajahnya berminyak, biasanya area seboroiknya juga memproduksi minyak berlebih.

Kalau di luar area seboroik, kulit punya kelenjar minyak yang sedikit. Makanya gak pernah denger kan betis yang ditap-tap oil paper gara-gara banjir minyak? Atau tangan jerawatan? Kalau ada yang mikir bisul, itu beda lagi. Bisul mah folikulitis/furunkel, bukan acne, hehe.

Kembali ke mandi cuma pake air.

Kalau ada yang mikir sama seperti Baba, kok orang kita dulu kulitnya tetep bagus meski hanya mandi dengan batu gosok? Jawabannya: mungkin saja orang dulu yang kelenjar minyaknya sangat aktif juga jerawatan, bisa jadi malah lebih parah. Acne kan udah ada dari jaman nabi, bukan penyakit baru kaya flu babi.

Kalau ada yang mikir, kenapa orang-orang ada yang survive menjalani no soap washing tanpa keluhan? Jawabannya, tipe kulitnya apa dulu? Kalau tipenya normal, jarang mandi aja gak akan ada masalah, paling jadi kusam. Kalau tipenya kulit kering, malah bagus lho mandi gak pake sabun. Area kulitku yang kering malah jadi bagus kalau gak sabunan.

Gara-gara ini lah aku sampai mikir, yaudah, sabunin area yang gampang berminyak aja deh, yang lain enggak. Tapi dipikir-pikir gak lucu. Tanggung, malah tambah ribet, hehe.

Oiya, beberapa orang mengeluhkan bau badan saat mencoba teknik mandi seperti ini, namun aku sendiri tidak mengalami hal serupa, biasa aja. Seberkeringat apapun badanku jarang mengelurkan aroma menyengat, makanya jarang juga pakai deo atau semacam bedak-bedakan. Yang bikin sebel hanya jerawat itu saja.

Emang salahku juga sih karena cuma sekedar ngikut tips/tren, tapi gak menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Lagipula, kalau memang no soap ini bagus dan cocok untuk semua orang, arkeolog gak akan menemukan sabun purba yang usianya setua Piramida Giza.

Maka, berakhirlah ritual mandi tanpa sabun, dan jerawat badan pun jauh berkurang. 

SABUN HOMEMADE-NATURAL-ORGANIC-EVEN WITHOUT DANGEROUS CHEMICAL INGREDIENTS-BALABALA

Aku udah coba aneka macam sabun. Jelas, sabun mandi jebolan Unilever, Kao, dll sudah lama kutinggalkan. Sabun-sabun yang agak mahal yang dijual di drugstore, belum pernah ada yang kucoba karena rata-rata masih menggunakan surfaktan atau pembusa yang murmer semacam SLS/SLES.

Kalau ada yang pernah baca ceritaku tentang sabun mandi di blog lamaku, mungkin kalian ingat aku sejak lama pakai Pigeon baby wash, sabun cair tanpa sulfat yang gampang dibeli dimana-mana. Sejauh ini, itu yang paling cocok. Tapi, seiring berjalannya usia, pengen juga pakai sabun yang wanginya enak-enak, kemasannya lucu-lucu dan bukan sabun bayi.

Intinya, aku masih butuh pembersih saat mandi, tapi pembersih seperti apa? Idealnya ya bebas SLS/SLES, gak terlampau alkali, ada pelembab ekstra dan mudah dicari (tapi plis lah jangan Pigeon lagi).

Dan, aktifitas jajan berbagai merk sabun sempat dimulai lagi...

Pertama, aku pilih merek yang klaimnya natural, blabla (seperti subjudul diatas). Biasanya sabun dengan cap natural dan semacamnya memang hadir tanpa surfaktan yang bersifat iritan untuk kulit. 

Tapi, aku rasa sabun natural juga gak sepenuhnya bagus. Kenapa? Karena sabun natural itu sebenarnya sabun kovensional atau sabun biasa Sabun konvensional itu komposisi utamanya lemak dan cairan soda (lye), nah soda ini sifatnya alkali dan bisa bikin kulit kering. Jadi, kalau kita cocok-cocok aja sama sabun 'jaman sekarang' yg pembusanya pakai surfaktan/detergen, ya pakai aja.

Awalnya aku takut-takut pakai sabun homemade. Tapi lagi-lagi kekuatan review dan testimoni sukses bikin aku berani untuk coba-coba. Yah seenggaknya gak mengandung SLES/SLS yang bikin kering PLUS menyumbat pori-pori.

Merk sabun yang pertama kali aku gunakan adalah Green Mommy Shop (GMS). Jauh sebelum aku pakai sabunnya, aku memang suka beli minyak-minyakan semacam carier oil dan essential oil di GMS, soalnya relatif murah.

Klaim produk ini hampir 100% natural plus organik, walaupun aku sendiri sebenarnya belum terlalu menaruh hati dengan produk organik yang dibuat homemade di Indonesia. Bukannya gak percaya, Tapi di sini, kosmetik organik belum memiliki semacam badan pengawas resmi yg memberikan sertifikat organik. Kalau pun mau sertifikasi, ya harus dari luar misalnya macam USDA organic atau EcoCert. Jadi, alangkah baiknya bila ada badan/lembaga yang mengawasi proses produksi, agar konsumen lebih merasa tenang.

Balik ke GMS.

Sabun GMS yang aku pakai adalah Cacao Soap (motifnya lucu, deh) dan Vege Soap. Awal mula dipakai langsung terasa kesat. Beberapa kali mandi pakai sabun Cacao ini, kulit malah tambah kering, kemudian dicoba di muka kulit malah ngelupas. Yang Vege pun mirip dengan sabun biasa, gak terlalu ngeringin kayak cacao tapi kulit tetap busik setelahnya.

Aku memutuskan gak mau lagi nyoba sabun GMS lagi, lanjut beli minyak-minyaknya aja, hehe.Tapi, mungkin aku juga yang keliru milihnya, harusnya aku pilih Castile Soap yang ada olive oilnya. Atau bisa jadi karena ini sabun natural, yang kualitas setiap batch nya mungkin tidak selalu sama dengan batch sebelumnya.

Btw, membuat sabun natural itu memang gampang, tapi cukup tricky meski pas pembuatannya udah pakai 'soap calculator' (google it). Kalau gagal bikin, bisa-bisa kulit kita seperti mandi sabun cuci.

Dulu, aku pernah bikin sabun batangan sendiri. Tapi, karena kandungan fat/minyak yang aku tambahkan kurang dari yang seharusnya (karena takut gagal) maka ya sama saja... aku bak pakai sabun cuci piring. Keset! Tapi, kalau basa/soda yang kita tambahkan kurang, sabun cenderung lembek. Pernah bikin yg kedua kali, sukses juga akhirnya. Tapi mau bikin lagi males, hehe. 


Sempet skeptis kan sama sabun-sabun natural gitu. Tapi lagi-lagi gak kapokan. Akhirnya nyari-nyari lagi rekomendasi sabun natural yg bagus. 

Merek selanjutnya yg kupakai yaitu The Bath Box (TBB). Merk ini mengusung produk natural dan organic juga, tapi TBB punya kemasan yang lebih caem dari GMS (kesannya lebih meyakinkan, haha).

Pertama yang aku beli Milk Tea. Walau sabun batang, ini gak ngeringin, tapi pas awal bilas emang agak sedikit kesat. Setidaknya, pengalaman pakai TBB jauh lebih baik dari sabun batangannya GMS. Aku pakai ini sampai habis.

Sabun TBB Milk tea, selain preservatives free, dia mengandung susu kambing organik. (Btw, setahuku, hampir semua kambing itu organic ya gak sih? Kan makannya cuma dedaunan liar, gak dikasih suntik ini itu dan bukan hewan yang biasa dimodifikasi genetik/GMO? Beda sama sapi. Thats why, daging kurban jarang ada yang gemuk.)

Untuk pilihan daging merah, aku lebih suka kambing, domba, dan semacamnya dibandingkan sapi. Dagingnya mungkin tidak seenak sapi, tapi lebih sehat. (sumber gambar)

Nah, susu kambing inilah yang membuat sabun ini lebih ramah untuk kulit meski dalam pembuatan sabun tetep pakai NaOH sebagai basa/soda. Kenapa? Konon, pH dari susu kambing itu relatif asam, mendekati pH alami kulit manusia, jadinya sabun tadi bisa dibilang pH nya balance.

Yah, someday, pengen nyoba sabun cairnya yang Goats Dont Lie, yang jadi best sellernya TBB itu. Mbeeekk... :3

FYI, sebenarnya produk cair yang gak pakai pengawet itu sungguh-sungguh riskan dengan kontaminasi. Nah, kalau pun ada produk cair yang non preservatif yang relatif lebih tahan lama, ya paling sabun cair atau shampo. Tapii... konsekuensinya sabun atau shampo tersebut harus punya kadar alkali yang relatif tinggi agar mikroorganisme ogah tumbuh, tapi kalau terlalu alkali ya kulit cepet kering. 

Makanya, buat produk-produk homemade yang tanpa pengawet macam ini, aku jarang beli yg ingredientsnya mencantumkan 'air'.

Kalau mau pilih produk homemade-natural/organic-no preservatives, aku sarankan beli yang anhydrous, yaitu yang gak ada kandungan airnya. Kenapa? Karena tanpa air = tidak ada kehidupan. Termasuk jasad renik.

Yg anhydrous tuh contohnya apa? Misalnya, aneka minyak,  lip balm, body balm, masker bubuk, scrub bubuk dan sabun batangan (karena kandungan airnya menguap. Ya, kecuali kalau udah kena air, cepat habiskan). Untuk body butter rata-rata anhydrous, kecuali merek Utama Spice (natural cosmetics yang aku suka dari dulu).

Kembali lagi ke sabun natural dkk.

Seneng deh nyoba-nyoba sabun gini, Tapi, yang bikin segan, aku harus beli secara online. Lebih suka lihat, beli dan langsung pakai. 

Akhirnya, aku coba-coba Original Source yg lebih mudah didapat. Yang natural memang hanya fragrancenya aja, dan dia masih pakai SLES sebagai pembusa. Akhirnya, nyoba yang botolan kecil dulu, takut gak cocok. Eh bener deh, kulit kering habis pakai Original Source dan terlalu lengket selepas dibilas, padahal merek ini merupakan produk animal cruelty free dan vegan friendly, ditambah wangi pepermint nya jos banget.

Sempet lihat merk Oleum yang non SLES/SLS plus dikasih aneka minyak-minyakan, tapi mengandung collagen. Semenjak addict sama halal cosmetics, jadinya agak hati-hati sama kandungan syubhat.

Masih agak takut coba sabun-sabun homemade merk lain. Tapi, aku mungkin bakal nyobain TBB yg Goats Dont Lie aja deh, apalagi itu sabun cair, kayaknya bakal cocok. Padahal, kita lagi kebanjiran homemade soapmaker lokal, lho. Misalnya Sensatia, Skin junkie, Bali Alus dll yang bikin laper mata mau coba-coba.

Okelah segitu saja.

Akhirnya, sekarang balik lagi ke Pigeon, kadang-kadang nerapin no-soap juga, terutama saat mandi pagi (kan kalau pagi-pagi badan masih bersih).

UPDATE: Akhirnya sekarang pakai Moayu Bath Gel (Halal certified + non SLS/SLES :) :) )

Make Up | PAC Blush On No. 4 Review


PAC Blush On No. 4 ReviewAssalamualaikum, Manteman semua! :D Sampai saat ini, blusher yang  kubeli gak pernah jauh-jauh dari warna: coral, orange, cokelat muda, atau peach. Kalaupun beli warna pink, pasti selalu mix dengan warna-warna hangat lainnya. Gak murni pink, gitu.

Kalau sekarang kayaknya beda, aku lagi demen blush on dengan warna dominan pink >.< Malah, kemaren sempet nyari-nyari blush on lokal dengan shade pink keunguan. Dan akhirnya, pilihanku jatuh ke PAC Blush On no.4

Kemasan

Dari depalan pilihn warna blush on PAC, yang pembeliannya sudah include kemasan cuma No. 1 dan No. 2. Untuk no. 3 sampai 8 hanya berupa kemasan isi ulang (refill) aja. Kalaupun mau casingnya, harus beli terpisah, itu pun gak sama dengan casing No.1 dan No. 2 yang udah berserta cermin dan brush bawaannya.


Casing yang jadi tempat blush on No. 4 ku adalah casing universal dari PAC. Bentuknya bundar dengan tutup ulir, ya seperti gambar di atas. Tempat ini juga cocok dijadikan wadah single eyeshadownya PAC.

Meski begitu, aku gak bermasalah dengan casing semacam ini, karena selama ini aku gak terlalu butuh cermin dan kuas yang ada di suatu kemasan blush on :)

Fitur

Katanya sih, blush on ini diklaim waterproof. Tapi, aku sendiri belum pernah uji ketahanan air pada blush on ini. Tapi, untuk staying powernya menurutku cukup baik, dalam artian tidak mudah luntur karena minyak atau keringat.

Mengandung bisabolol, anti-oxidant, pelembab dan sunscreen agent. Tapi aku gak terlalu peduli dengan hal ini :)

Oiya, ada sedikit peringatan pada brosurnya, yang kira-kira redaksinya seperti ini:
...Hindari pemakaian di bawah sinar matahari langsung yang terlalu lama...

Setahuku, jarang lho, ada produk pemerah pipi yang mencantumkan peringatan macam itu.
Pada beberapa produk blush on memang ada semacam pewarna dan fragrance yang sifatnya photosensitizer/fotosensitif (sensitif radiadi sinar UV). Sehingga, bila zat fotosensitif tadi terpapar sinar matahari secara intens, mampu menyebabkan gangguan kulit berupa flek-flek hitam. Aku juga gak tahu pasti zat warna dan pewangi apa sajakah yang sensitif terhadap radiasi siar matahari. Tapi, dari bbeberapa sumber yang pernah kubaca, memang ada pewarna dan parfum dalam kosmerik yang memiliki sifat semacam itu. Tapi, udah jelas-jelas berbahaya bagi kulit karena sifat fotosensitifnya yang tinggi adalah pewarna-pewarna tekstil seperti Rhodamin dan Metilen Yellow.

Gak heran kalau kejadian flek-flek hitam di kulit akibat pemakaian blush on itu cukup banyak. Terutama untuk mereka yang menggunakannya di siang hari atau sering terekspos matahari langsung.

Makanya, di beberapa blush on biasanya ditambahkan sejenis penangkal tabir surya (kalau di produk ini menggunakan Oxybenzone).

OOT dikit, seingatku kosmetik halal yang mengklaim semua produknya non-photosensitisizer itu Wardah, deh. Kalau gak salah.


Tekstur

Super chalky, alias menyerbuk. Untunglah, blush on ini mudah dibaurkan dan mudah dibentuk sesuai kemauan kita (buildable). Oiya, ngomong-ngomong chalky, ada beberapa kekurangan kalau blush on kita chalkynya gak ketulungan:
  • Buat yang punya asma, siap-siap aja obat.
  • Cepet habis (mubazir)
  • Gampang pecah
  • Bikin kotor  

     

    Warna

    No. 4 ini blush on berwarna pink-keunguan. Warna ini bagus menurutku dan aku sukkka! 

    Lebay emang, wajar lah karena aku memang belum pernah punya warna kayak gini sebelumnya, dan sekalinya punya langsung cocok banget di warna kulitku. Padahal sih, mungkin aja banyak kosmetik lokal yang punya warna serupa, hihi.
    Dengan aplikasi yang tepat, warnanya yang awalnya pink keunguan, di atas warna kulitku akan berubah menjadi pink muda yang cakeps banget! Duh, coba punya warna gini dari dulu... :D

    Oya, pada blush on ini ada sedikittt shimmer.

    Pigmentasi

    Pigmentasinya? KELEWATAN. Lagian kenapa harus seheboh itu sih warnanya? Dipikir-pikir sih wajar aja, secara PAC itu  emang berfokus di stage makeup dan makeup orang-orang yang sering tersorot kamera. Kalau kata situs mereka, sih: 
    "Kosmetik ini diluncurkan guna memenuhi kebutuhan professional make-up artist mulai dari stage make-up hingga riasan pengantin yang membutuhkan produk dengan fine quality, water resistant, serta pilihan warna beragam, terutama untuk warna-warna panggung yang cenderung berani..." (sumber: pacbeauty.com)
    Beberapa warna pigmentasinya masih dalam batas wajar, misalnya No. 01, 02 dan warna pink No. 03 (tapi karena kurang bagus pink-nya, aku gak pilih yg 03)
    Meski begitu, ada juga kok beberapa warna Blush On PAC yang warnanya sheer, seperti No.1 dan No.2 Tapi, karena yang kusuka warna no.4 ya aku beli aja yang ini, lagian warna blush on PAC yang lain kayak peach, cokelat, orange aku udah pernah punya.

    Walaupun pigmentasinya kebangetan, seperti yang udah kutulis sebelumnya, blush on ini bluidable dan gampang banget dibaurnya. Kan ada tuh, beberapa blush on yang ngeselin, udah chalky, pigmennya kebangetan, eh dibaurnya susah. Argh.

    Aplikasi

    Blush on yang warnanya terlalu stand out, sebisa mungkin jangan pake kuas blush on biasa, karena sekali usap, serbuk blush on yang terambil bisa dipake buat dandanin pipi 3 orang cewek lagi T_T. Dan kalau pake kuas blush biasa, akan banyak serbuk yang terbuang percuma.

    Untuk blush on semacam ini aku selalu pakai duo fibre brush (stippling brush).
    Cara pakainya: Ambil blush on di pan sekali usap. Kemudian totol-totol (stipple) sepanjang tulang pipi, setelah itu baurkan.
    Kalau pake duo fibre, dijamin deh gak bakalan kayak ondel-ondel. Hasilnya pasti natural banget. :) Eniwei, aku gak pernah pakai duo fibre selain untuk blush on. Kalau foundation cair, aku lebih suka pakai spons.

    Swatches


    Keterangan Gambar:

    1. Penampakan PAC blush on No.4 di pan
    2. Cuma sekali usapan ringan, langsung keambil banyak banget!
    3. Kanan: unblend. Kiri: setelah dibaurkan
    4. Penampakan di pipi. Mecing dah sama lipstik warna nude pink :)

    Kesanku

    Yang aku suka: Warnanya ciamik, staying power gak mengecewakan, gampang dibaur, gak sulit untuk membangun/mengontrol warnanya.
    Yang kurang kusuka: Teksturnya menyerbuk, overpigmented (tapi masih bisa diakali dan dikendalikan), dan dari keterangan pada brosurnya bisa diambil kesimpulan kalau produk ini menggunakan bahan yang tidak terlalu ramah bila digunakan siang hari.

    Apakah Produk Ini Halal?

    Meskipun tidak tercantum logo halal MUI pada semua kemasan PAC, seluruh produk ini sudah mendapatkan sertifikat halal dari MUI. Untuk info kehalalannya bisa kunjungi tulisanku di sini [click].

    Nah, udah deh segitu aja. Btw, ada yang tahu gak kosmetik lokal bersertifikat halal yang punya warna pink keunguan kayak seperti ini?? :)

    Wassalam. Love~

    Blogging | Keteledoran Saat Blogging

    Salam, Bloggers!



    Ada gak sih keteledoran yang teman blogger lakukan saat membuat tulisan di blog? Gak ada? Wah, kalau aku sih BANYAK. Gak sering-sering amat memang, meski ada satu keteledoran yang jadi kebiasaan.

    Aku rasa keteledoran ini akibat aku yang pelupa, maklum deh udah tua, udah banyak banget yang dipikirin. Gimana gak banyak pikiran, pup anak berubah warna aja, jiwa emak bisa gundah gulana hati gelisah. Haha. Abaikan.

    Trus, emangnya apa aja sih keteledoran yang kulakukan saat blogging? Mo tau? Dilanjut deh bacanya... :)

     

    Publish tulisan tanpa dibaca ulang.

    Fewh. Ini paling sering dan hampir selalu aku lakukan. Ditambah aku paling jarang memanfaatkan fitur preview. Makanya gak usah heran kalau banyak typographical error atau diksinya rada ngaco.

    Btw, aku emang termasuk cepet kalau nulis blog. Untuk tulisan yang serius ku tulis, paling lama satu hari jadi (jangan samain sama tulisan-tulisan yang gak niat aku tulis, pasti nyampah di draft sampai berbulan-bulan, hehe). Tapi, kalau sifatnya lomba/giveaway biasanya sih 2-4 hari baru beres.

    Akibat terlalu semangat nulis dan kepengen buru-buru mencet tombol orange di sebelah judul, hasilnya tulisanku ya gak sempurna (baca: gak sesuai kemauanku). Baru sadar saat tulisanku yang udah terbit itu aku baca ulang dari awal. Kalau udah sadar banyak yang typo, gak jelas, dll, baru deh grasa-grusu ngedit ini-itunya. Kerja dua kali.

    Lupa ngasih label/kategori

    Bagiku memberi label di tulisan itu cukup penting. Tapi, aku si pelupa ini kadang baru ngeh kalau tulisanku belum ditempeli label setelah cukup lama tulisan tadi terbit. 

    Tulisan belum jadi, udah kepencet PUBLISH!!

    Gak sering sih, tapi kalau gak sengaja kepencet PUBLISH, kagetnya bukan main. Hahaha.

    Pernah juga waktu mau hapus beberapa tulisan di draft, karena gak fokus, bukannya klik delete malah klik publish XD. Walhasil, beberapa tulisan mentah ku nyampah deh di dasbor orang...

    Lupa kasih credit pada gambar

    Gak tega deh kalau udah minjem gambar dari situs orang, eh akunya gak mencantumkan darimana sumbernya. Nah, masalahnya aku kadang lupa mencantumkan sumber. Beneran deh lupa, sama sekali gak disengaja.

    Jadi, kalau tiba-tiba ada gambar yang kira-kira bukan punyaku, kemudian belum tercantum sumbernya baik di gambar maupun di captionnya, tolong ingetin lagi yaaa.... :)

    Kepencet tombol TRASH (delete post)

    Huaaaa... ini paling nyesek. Nyesssssek pake banget! 

    Aku pernah beberapa kali mengalami keteledoran macam ini. Awalnya, aku ceklis beberapa tulisan yang udah terbit agar masuk ke 'draft' untuk dilkukan beberapa perbaikan. Tapi, lagi-lagi karena gak fokus, bukannya klik revert to draft, eh aku malah klik gambar tong sampah di sebelahnya! Dan yang bikin nyeseknya lagi kalau tulisanku itu belum ada backupnya. Gimana gak kejer coba? Aduh, kalau kejadian macam itu terulang lagi, kira-kira ada cara buat undo gak yah??

    Ah, keteledoranku itu sepertinya lebih banyak dari yang aku ceritakan tadi. Tapi, cukup itu aja deh.

    Oiya, kalau dulu, blog generasi awal belum punya fasilitas autosaving. Misalnya di blog Friendster (dulu aku iseng nulis di sana). Jadi, karena gak ada fitur autosave kaya sekarang, kalau gak teratur klik 'save', tulisan kita gak bakalan tersimpan kalau tiba-tiba desktop kompi kita matot gara-gara padam listrik. Atau pernah ada beberapa kejadian tulisan gagal 'publish' gara-gara koneksi lola, tapi pas mau publish ulang, ternyata gak bisa karena tulisan kita gak ke-save. Ya pokoknya banyak kekurangan deh di blog-blog jaman dulu, gak secanggih platform generasi sekarang.

    Review Sariayu Hijab Hair Mist

    Review Sariayu Hijab Hair Mist - Assalamualaikum, Temans!  Setelah sempat kebanjiran sepergelangan kaki, alhamdulillah akhirnya surut juga dan udah bisa keluar rumah buat beli-beli cairan antiseptik buat bersihin lantai dari sisa air banjir. Tapi, pas ke Carrefour Pluit Village kemaren, cairan Wipol yang udah nangkring di daftar belanjaan teratas, malah sold out semua. Lha, pada diborong orang buat ngepel kali yak? XD
    Review Sariayu Hijab Hair Mist

    Setelah beres belanja, iseng melipir ke Martha Tilaar Shop, ceritanya sih buat nyuci mata yang dari kemaren udah butek ngeliat aer banjiran, hehe.

    Tadinya mau nyari Mousse Foundation terbarunya Sariayu. Eh, masih gak ada juga ternyata. Akhirnya, geser ke Hijab Haircare Sariayu yang belum pernah jadi perhatianku sampai sekarang.  

    Lihat shampo sama kondisionernya, gak tertarik. Hati dan jiwa ku emang udah bener-bener mantep untuk jadi pengguna shampo dan kondi bebas sulfat dan silikon, meskipun embel-embel HIJAB ngerongrong minta diborong.

    Tapi, berhubung stok tonik rambutku udah habis total, akhirnya aku beli tonik rambutnya. Trus, pas lihat Hair Mist nya, tertarik juga ku beli dan akan ku review sekarang :D

    Kemasan

    Berbentuk botol plastik biasa yang di-wrap dengan plastik kemasan. Menggunakan pump semprotan untuk mengeluarkan isinya. Mirip kemasan bodymist pada umumnya, tapi tentunya ini berbeda dari segi fungsi, karena aroma hair mist yang biasanya samar-samar gak bakal cukup strong untuk dijadikan pewangi badan.
    Review Sariayu Hijab Hair Mist

    Desk. Produk
    Mengandung berbagai macam ekstrak tumbuhan yang bermanfaat bagi kesehatan dan keindahan rambut. Fungsi utamanya memberi aroma harum untuk rambut, terutama untuk rambut yang tertutup.
    Tapi, sebenarnya siapa saja bisa pakai produk Sariayu Hijab ini, gak harus yang kepalanya pakai kerudung, topi atau penutup kepala lainnya. Toh, kalau aku lihat komposisi kesemua produknya, rangkaian produk ini bisa dipakai semua kalangan, tidak terbatas gender dan gaya berpakaian saja.

    Untuk produk Hair Mist ini, aku malah merekomendasikan untuk mereka yang rambutnya banyak terekspos sinar matahari. Rambut yang terpapar sinar matahari biasanya mudah kering dan berubah aromanya (bukan bau karena kotor, tapi bau karena sinar matahari).

    Aroma

    Keharuman yang tercium samar-samar tetapi cukup manis, aromanya seperti wangi buah semangka. Tapi, menurutku wangi seperti ini sudah cukup pasaran (ada banyak produk pewangi yang gunakan aroma ini). Daya tahan aroma ini, menurut perkiraanku, hanya bertahan sekitar 3-4 jam.

    Cara Pakai

    Digunakan setelah berkeramas dalam keadaan rambut yang basah atau kering. Walaupun kata SPG-nya bisa dipake pas lagi rambut BAU, aku gak menyarankan ini dipakai saat rambut  bau apalagi lepek, berminyak dan keringetan. Kalau bau dan kotor ya keramas aja, bukan ditutup pake wewangian. 

    Kalau cara pakaiku:
    1. Digunakan saat rambut bersih.
    2. Biasanya digunakan setelah berkeramas, dan menggunakan tonik. 
    3. Suka juga disemprot saat rambutku kering, yang penting rambutku dalam keadaan bersih. 
    4. Tidak banyak disemprotkan ke arah kulit kepala, cukup di bagian batang rambutnya saja.

    Kandungan

    1. Bahan dasarnya adalah air. 
    2. Mengandung alcohol (urutan ke-2 setelah water). 
    3. Tapi, menggunakan ini tidak mmbuat kulit kepalaku iritasi. Dan aroma alcohol nya pun tidak menusuk hidung.
    4. Mengandung banyak ekstraksi tanaman di beberapa list pertama komposisinya, menandakan produk ini tidak pelit menambahkan zat aktif.
      • Estrak tanaman yang ditambahkan adalah:
      • Cabai - Capsicumfrutescent
      • Daun jeruk - Citrushystrixleaf
      • Daun Mangkokan - Notophanaxscutellarium Merr.
      • Urang Aring - EcliptaalbaKulit jeruk purut - Citrushystrixfruitpeel 
      • Lidah Buaya - Aloe Barbadensis.
    5. Pengawet utama: Natrium Benzoat. Nice lah, pakai pengawet makanan :)
    6. Agen penyejuk: Panthenol, Menthol (peppermint oil). Btw, hati-hati yang kulitnya sensitif menthol.

    KESAN

    • Mengharumkan? Iya
    • Menyejukkan? Iya
    • Membuat kuit kepalaku iritasi? Tidak 
    • Menghitamkan? Rambut asliku memang sudah hitam, jadi gak teralu kuperhatikan
    • Menguatkan? Gak ada yag berubah dari kekuatan rambutku, rambutku pun memang jarang sekali bermasalah dengan kerontokan ataupun rambut yang patah.
    • Yang kusuka? Aromanya tidak merusak wangi parfumku, menyejukkan kulit kepala, memberi keharuman lebih jika dibandingkan dengan hanya berkeramas saja.
    • Yang kurang kusuka? Mengandung alcohol.

      Apakah Produk Ini Halal?

      Semua produk Sariayu sudah mengantongi sertifikat halal dari LPPOM MUI.
      IMHO: Dalam menelurkan rangkaian produk HIJAB, Sariayu sudah mengambil kesempatan dengan melihat peluang dan jumlah target pasar saat ini. Sasaran utama penjualannya kan memang untuk kalangan hijaber, atau bisa lah kita sebut kalau Sariayu cerdik memanfaatkan fenomena ledakan muslimah berkerudung belakangan ini, terlepas apakah esensi berhijab yang sebenarnya juga ikut dalam ledakan tersebut, hehe. 

      Nah, apakah kalian sudah pernah coba produk ini? Untuk hair tonicnya nanti akan ku share lain kali :D
      Wassalam. Love~

      Blogging | Galaw Ternak Blog

      Diantara semua media sosial yang pernah ada, cuma webblog yang betul-betul bikin hati ini kepincut dan setia menemani dalam mengungkapkan isi hati dan perasaan.

      Mengenal socmed berawal dari Yahoo Messenger (YM), kemudian ramai-ramai beralih ke Friendster (Fs). YM sudah lama saya tinggalkan, Fs pun sudah punah dimakan jaman. Kemudian kini muncul era Facebbok dan Twitter, namun saya cepat bosan dengan keduanya. Ada Instagram yang sedang saya nikmati keberadaannya, namun tidak yakin akan bertahan sampai berapa lama lagi. Ditambah media sosial lain yang pernah saya coba seperti Plurk, Myspace, G+, dll  yang pada akhirnya hanya meninggalkan kesan biasa saja.



      Media sosial banyak yang datang dan pergi, tapi hanya blog yang saya suka sejak tahun 2007. Entah itu berasal dari platform selain Blogger, seperti Wordpress, Tumblr, Kompasiana, dll. Semuanya saya suka. 

      Tapi, masalah kecil mulai datang: saya sudah gak sanggup deh berternak blog! Padahal, saya mau perternakan blog saya itu terawat dengan baik, ternaknya dikasih makan agar gemuk-gemuk dan memberi manfaat buat diri saya dan orang lain

      Hah, emang ternak blog apaan sih?

      Itu istilah untuk blogger yang mengelola lebih dari satu blog. Selain memiliki beberapa blog sekaligus, semua blog tersebut produktif menerbitkan tulisan. Dan biasanya antara blog satu dengan yang lainnya memiliki 'tema' khusus. Misalnya, blog yg pertama khusus bahas beauty, blog yang kedua random kehidupan sehari-hari atau menceritakan passion kita yang lain.

      Saya juga punya 2 blog. Satu di sini, yang kedua ada di Wordpress.

      Kendala yang saya rasakan saat berternak blog adalah: REPOT. Kalau sudah kerepotan, mood  menulis pun langsung buyar. 

      Punya dua blog dengan platform yang sama saja sudah merepotkan, lantas bagaimana dengan kondisi saya yang sekarang? Dua blog berbeda platform (yang satu Bogger yang satu Wordpress). Makin repot. Memang dasar saya nya sih yang terlalu ngoyo :P

      Makanya, saya sempat kepikiran untuk menggabungkan kedua blog itu menjadi satu agar lebih ringkas dan  gak ribet, sehingga bisa membangkitkan semangat menulis saya. Tapi rasanya, dengan kepribadian orang macam saya ini, yang apa-apanya kepengen serba tertata, itu cukup sulit. Jadinya dilema. Galaw, galaunya blogger amatir. 

      Dan gak lucu kayaknya kalau digabung. Misalnya, suatu saat di blog ini saya posting review lipstick, satu jam kemudian bikin postingan resep MPASI bayi di blog yg sama, khehehe.

      Yasudah, lihat nanti saja deh. Saya masih cari cara bagaimana caranya menyatukan dua blog, tapi tetap enak dikunjungi dan gak terkesan berantakan. Sayangnya Blogger itu tidak seperti Wordpress yang mana kita bisa membuat sebuah subdomain dari domain utama kita (eh, apa jangan-jangan ada??).

      Ah, mungkin manteman ada yang mau kasih masukan?? :D

      Wassalam.

      Blogging | Saya Blogger Amatir, Kalau Anda?


      Hai, Assalamualaikum! :)

      Apa sih yang terlintas dalam benak kita kalau mendengar kata amatir?

      Beberapa mungkin ada yang jawab: payah, gak berguna, gak mutu, pokoknya hasilnya ngasal, gak bagus, dll. Pokoknya segudang kata yg konotasinya negatif kan ya? Semua makna di atas salah, lebih tepatnya salah kaprah, hehe.

      Nah, kalau kalian pernah UAN, biasanya pertanyaan mengenai makna dari kata 'amatir' dalam mata ujian Bahasa Indonesia sering diajukan. Dan kalau kalian lulus, pasti benar menjawabnya (eh, gak juga deng, emang soalnya satu doang? hihi).


      Amatir menurut KBBI adalah: "kegiatan yg dilakukan atas dasar kesenangan dan bukan untuk memperoleh nafkah, misal orang yg bermain musik, melukis, menari, bermain tinju, sepak bola sbg kesenangan".

      Jadi tidak selalu hal-hal yang payah saja, dari kesenangan bisa menghasilkan karya yang sangat baik kok. Pernah denger kalimat ini gak: "every artist was first amateur." Hehe.

      Lawan kata dari amatir adalah professional. Bedanya, profesional membutuhkan keahlian khusus yang lebih mendalam dan bertujuan untuk memperoleh bayaran/honor. 

      Nah, berarti  yang dimaksud dengan blogger amatir adalah seorang yang menulis blog dengan dasar kesenangan, bukan dijadikan profesi untuk mencari nafkah. Dan itu saya XD

      Lah berarti hampir semua blogger itu amatir dong?

      Rata-rata iya. Lagian, selain ngeblog di dunia maya, di dunia nyata kita punya pekerjaan tersendiri, ya gak sih? Tapi, di luar negeri sana banyak blog-blog yang dalam satu blognya memiliki beberapa orang penulis, dan penulis itu dibayar untuk tulisannya, dan setiap tulisannya memiliki standar baku dan deadline yang harus ditepati di setiap postingannya.  Biasanya blog-blog seperti itu akan berkembang menjadi semacam majalah online. Entah lah kalau di Indonesia ada gak ya blogger profesional? Saya melihatnya sih (sepertinya) ada.



      Dan kalau tujuan UTAMA blogging demi meraup keuntungan, misalnya sponsor/iklan, dll, sepertinya itu bisa juga disebut profesional. Dan memang bukan lah hal yang salah menjadikan kegiatan menulis untuk mencari uang ataupun pekerjaan utama, selama memegang aturan-aturan tertentu. 

      Kalau yang setengah amateur setengah professional gimana?

      Ha, itu sih saya kurang tahu. Tapi, amatir atau bukan semua tergantung bloggernya. Tujuan utamamu apa dalam menulis blog? Kalau tujuan utamanya menghasilkan uang, maka anda memang seorang blogger profesional dan  tekunilah dengan serius, ciptakan tulisan berkualitas, kelak anda akan sukses (ekh, lama-lama aku kaya motivator gini, haha)

      Kemudian, ada salah satu konsekuensi yang harus ditanggung oleh para blogger profesional, yaitu: Kedisiplinan dan konsistensi membuat tulisan. Bahkan, blog profesional bisa menghasilkan tulisan setiap harinya dan semua tulisan yang akan terbit pun terjadwal (memiliki deadline). Kalau tulisan mereka mandek, otomatis trafficnya macet dan sponsor akan pelan-pelan meninggalkan mereka. 

      Berbeda dengan blogger amatir yang bisa sesuka hati dan sesuka moodnya dalam menulis sebuah tulisan. Kadang kalau menulispun harus menunggu inspirasi turun dari langit. Jadi, kalau kita masih blogger amatir, gak usah merasa kecil hati dengan inkonsistensi dalam menciptakan tulisan, karena kita memang melakukannya berdasarkan rasa suka saja. Justru, tulisan yang lahir dari mood yang bergejolak dan inspirasi yang muncul tiba-tiba akan menjadi tulisan yang renyah dibaca, bahkan bisa memberikan inspirasi balik kepada pembacanya. Nah, hal tersebut akan berbeda bukan dengan tulisan yang lahir di bawah tekanan deadline?? 

      Makanya, tidak heran banyak orang yang lebih suka membaca opini orang lain dari blog-blog pribadi, dan bukan lagi dari situs-situs komersial. Karena apa? Karena kita mencari makna tulisan yang mendalam, tidak asal-asalan dan tulisan yang berusaha untuk seobjektif mungkin menilai sesuatunya. Misalnya saya, daripada mencari info produk A dari sebuah website majalah wanita tersohor yang dititipi ratusan pesan sponsor, saya lebih suka blogwalking mencari info produk A di blog orang-orang.

      Yah, meskipun banyak juga blogger amatir yang asal-asalan. Nah, itu pun gak jadi masalah, toh awalnya blog itu memang wadah pribadi untuk menyalurkan inspirasi dan isi hati seseorang kan, dan tidak dibayar pula? Keputusan ada di jari-jari kita, mau baca blog yang mana, mau ambil informasi yang mana.
      Terakhir, yang harus diperhatikan dari seorang blogger amatir dalam membuat tulisan adalah: Jangan abaikan inspirasi yang bisa datang kapan saja.

      Blogger amatir gak salah sama sekali kok kalau mau menulis tulisan sesuai moodnya saja. Tapi, yang kurang tepat, blogger amatir sering mengabaikan inspirasi menulis yang datang dari Tuhan. Inspirasi itu bagaikan ilham, gak boleh disia-siakan begitu saja. Jadi, kalau dapet ide, segera tulis! Gak peduli meski ide tersebut baru mengendap dalam barisan draft blog. OK. *(ngomong ke diri sendiri XD)

      Nah, sekian tulisan singkat saya mengenai blogger amatir vs blogger profesional. Kalau saya lebih senang menjadi blogger amatir, kalau kalian mau jadi apa?? :)

      Wassalam. 

      Hand & Nail Care | Obrolan dan Review 8 Hand Cream Yang Pernah Kucoba

      Assalamualaikum, Hai Semuanya! ^^ Kalau dalam Islam, wanita adalah keindahan yang terbentang dari ujung rambut hingga kakinya. Namun, saat memasuki masa aqil baligh, hanya ada dua perhiasan saja yang boleh terlihat oleh non-mahram, yaitu wajah dan tangan (yang meliputi punggung dan telapaknya). Kalau begitu, sudah sepantasnya keindahan tangan harus dirawat seperti halnya kulit wajah.

      Tapi sayangnya, kita seringnya lebih terfokus merawat area kulit yang lain. Jadi, tidak heran kalau kulit tangan sering terlihat kurang terawat dibandingkan wajah dan anggota tubuh lainnya.
      Review Hand Cream


      Aku pernah lihat perempuan berusia 50 tahunan yang tampak 10 tahun lebih muda. Wajahnya cantik, makeupnya jago, tidak terlihat kerut di wajah maupun di lehernya. Pokoknya tipikal perempuan yang hi-maintenance, deh. Tapi, ada satu yang menarik perhatianku: punggung tangannya. Punggung tangannya yang kering, keriput, dengan skintone yang lebih gelap dari kulit wajah dan lehernya, membuatku percaya kalau perempuan itu memang seusia ibuku :)

      Ini sih contoh ekstrimnya :D
      Wajah boleh bebas kerut, namun kulit tangan sulit berbohong.
      Sumber: drpersky.com
      Pengalamanku dan gambar di atas mungkin bisa menjadi sedikit gambaran, kalau kulit area tangan juga harus mendapatkan perawatan seperti kulit lainnya. Apalagi, kulit punggung tangan merupakan salah satu area kulit yang paling cepat proses penuaannya. Selain itu, kutikula kuku kita pun sering mengalami kekeringan, terutama untuk kalian yang memiliki pertumbuhan kutikula kuku yang cepat dan masif.


      Jangan Lupa Sunscreen Untuk Tangan Kita 

      Terutama buat Muslimah yang berhijab. Tangan adalah area yang paling sering terekspos sinar matahari. Kalau kulit wajah sih, tanpa disuruh pun kita selalu waspada dengan paparan radiasi sinar UV. Kalau kulit tangan? Lebih banyak lupanya, ya kan? Makanya gak usah ngeluh-ngeluh kalau jilbaban tangan jadi belang, hehe.


      Jangan Lupa Oleh Hand Cream

      Gak harus sedikit-sedikit ngoles, sedikit-sedikit ngoles. Kalau gitu juga ribed. Pakai saja sesuai kebutuhan, misalnya: Kalau sering tinggal di ruangan ber AC atau setelah mencuci tangan. Coba, siapa sih contoh orang yang paling demen cuci tangan? Pertama, ibu rumah tangga, kan IRT sering banget melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan air, bahkan dengan detergen yang membuat kulit kering. Kedua, tenaga medis (dan orang yg bekerja di RS). Apakah itu dokter, perawat, bidan, dkk kalau mereka mengikuti standar kesehatan (dan harus mengikuti, dong!), setiap selesai memegang pasien harus mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan cairan antiseptik (sejenis hand-sanitizer gitu). Ketiga, pasien OCD yang phobia-kuman. Pasien tsb bisa membuat kulitnya kering, iritasi bahkan terluka karena terlalu sering mencuci tangan. Oiya, OCD di sini bukan semacam program diet ya, haha. OCD itu singkatan dari obsessive-compulsive disorder. Google sendiri :p

      Kalau ngoles krim tangannya gak pakai hand cream khusus boleh gak? Misalnya, pakai body lotion.

      Oh, boleh banget. Namanya juga henbodi, hehe. Maksudnya, dulu body lotion sering disebut dengan hand and body lotion, kan? Lha, kok 'hand' doang ya? Emang kaki gak termasuk? Nah, karena dirasa kurang adil, sebutan hand-and body lotion akhirnya mulai dicoret dari istilah perkosmetikan, wekekek. Abaikan.

      Cuma, kalau bodylotion itu biasanya kan berat, ukurannya botolnya gede (tapi banyak juga sih yang jual travel-sizenya) dan kebanyakan teksturnya lebih thicky. Tapi, ya suka-suka, lah. Intinya boleh saja pakai bodylotion untuk alternatif handcream.

      Kalau aku sendiri punya beberapa standar dalam memilih hand-cream, seperti:
      1. Gak lengket. Awalnya aku juga cuma pakai bodylotion untuk perawatan tangan dan kuku. Tapi, karena rata-rata bodylotion itu lengket, akhirnya aku putuskan untuk mencari yang namanya hand-cream untuk pelembab khusus tanganku. Tapi ternyata gak semua hand-cream itu enak dipake, Sodara!! Banyak juga yang lengket. Lah, kalau begini apa bedanya sama pelembab badan? 
      2. Ukurannya mini. Kalau ada handcream yang ukurannya gede, mending ganti judul aja jadi body butter sekalian XD
      3. Wanginya enak. Tangan seorang ibu itu harus wangi. Meskipun dia ibu rumah tangga. Soalnya seorang anak itu bisa mengalami pengalaman buruk cuma karena bau tangan. Kedengerannya emang lebay sih, tapi  dulu waktu jaman TK, aku pernah phobia cium tangan! Gara-garanya, seorang guruku pas kucium tangannya (salaman), tangannya tercium bau muntah bayi! *wekz. Pernah lagi pengalaman cium tangan teman ibuku, dan baunya gak bisa aku deskripsikan, antara bau balpirik dengan bau tangan yang habis milih-milih sayur di pasar. Pernah juga nyium tangan ibuku yang kebetulan lagi bau minyak urut (ternyata baru ngerik bapakku, haha), langsung mood aku berubah saat itu juga.
      4. Halal/Animal Derivatives-Free
      5. Mengandung UV protector. Ini gak wajib sih, tapi jadi nilai plus tentunya. Kalau untuk perlindungan matahari, biasanya aku pakai sunscreen untuk wajah saja.
      6. Harganya terjangkau dong (teteup). Gak deh beli handcream mahal-mahal kalau bisa nemu yang murah dengan efek yang serupa.

      Hand Cream Yang Pernah Kucoba

      Di bawah ini adalah handcream yang DULU pernah aku coba, baik beli sendiri, nyoba tester atau coel punya orang lain, hehe.

      1. L'Occitane Immortale Brightening Hand Cream SPF 20

      Ini nyoba punya nyokap. Buat ukuran handcream, ini kemahalan buatku. Kabar buruknya lagi, ini lengket!! Mungkin emang cocok untuk tangan-tangan yang sudah mengalami aging dan seri Immortale dari L'Occitane ini memang ditujukan untuk mereka yang sudah mengalami/memasuki masa penuaan. Gak heran, kalau SPFnya juga gede, hal ini menunjukan kalau sinar matahari memang memiliki pengaruh besar terhadap cepatnya penuaan di kulit. 

      2. L'Occitane Shea Butter Hand Cream



      Aku gak ngerti kenapa testimoni orang-orang bagus banget terhadap hand cream yg satu ini?? Ini handcream pertamaku, tapi bukan beli sendiri sih. Awalnya, ini milik ibuku, tapi karena katanya kurang suka dengan baunya, akhirnya dikasih lah ke aku (sebenarnya aku duluan sih yang minta, wekekek). Teskturnya rich and creamy. Pas di oles pun meninggalkan kesan berminyak, terutama di telapak tanganku (ini yang buat aku bingung kenapa testi orang-orang kebanyakan positif). Yah, mungkin lebih cocok untuk orang-orang yang kulitnya sangat kering atau mereka yang hidup di iklim dingin. Akhirnya, hand cream ini gak pernah kupakai lagi.

      3. The Body Shop Wild Rose Hand Cream SPF 20 (for Mature Skin)


      Aku cuma cobain testernya aja. Aroma mawarnya kurang enak, kayak bau obat-obatan, aneh lah pokoknya. Itulah yang membuat aku untuk tidak membelinya, padahal udah plus SPF 20. Untuk teksturnya, terasa lebih rich dari seri Almond yang saat ini kupakai. Hand Cream Wild Roses ini cocok untuk mereka yang sudah/akan memasuki 'aging'.

      4.  The Body Shop Moroccan Rose Hand & Nail Cream



      Salah satu handcream terbaik yang pernah ku coba. Aku pakai sampai habis, sayangnya varian Moroccan Rose memang sudah tidak dijual lagi. Yang paling kusuka adalah aromanya yang super enak, selain itu handcream ini mudah meresap dan tidak lengket. Dan ini satu-satunya kemasan handcream yang paling kusuka di antara handcream yang pernah kucoba: travel friendly, kemasannya tidak mudah rusak, dan tutup flip-flop pada tubenya.

      5. Etude House 'I Can Fly' Hand Cream (Cherry)

      Bentuknya sih emang unyu, bagus buat jadi pajangan di meja rias (emak-emak?). Tapi, kurang travel friendly, efek melembabkannya biasa saja and lil bit sticky. Akhirnya gak pernah ku pakai lagi, cuma jadi pajangan sampai akhirnya adikku nodong-nodong minta dikasih, haha. Baiklah dik, ini lebih cocok buatmu... :)

      6. Viva Cosmetics Hand and Nail Cream


      Ini hand-nail cream lokal yang super murah, kayaknya gak nyampe 10 ribuan. Gak lengket, sangat mudah meresap, ukurannya kecil dan bisa masuk pouch makeupku tanpa makan tempat. Tapi untuk orang yang tangannya sangat kering, sepertinya ini kurang direkomendasikan. Kalau untuk pencegahan, ini bisa jadi alternatif. Sayangnya krim ini hilang gak tahu kemana, sampai lupa mau repurchase lagi.


      Handcream Yang Kupakai Sekarang

      Favoritku pertama adalah Oriflame Silk White Glow Hand Cream
      Kelebihan: Wanginya enak banget dan tahan lama, testurnya ringan, mudah meresap (matte finish), harganya terjangkau, dan travel friendly. Mengandung ekstrak mulberry dan cherry blossom (bunga sakura??)  yang katanya sih bisa merawat kulit tangan yang menghitam akibat sinar matahari. Kekurangannya: Apa ya? Mungkin harus pesan dari MLM jadi agak susah kalau mau beli lagi (belum lagi kalau produknya ternyata sudah discontinue).

      Handcream yg sedang kupakai sekarang :)

      Favorit kedua adalah The Body Shop Almond Hand and Nail Cream

      Kelebihannya: Aromanya enak (aku suka banget aroma almond!! ><), kelembabannya tahan lama (meski setelah mencuci tangan), melembutkan kutikula kuku, dan harganya terjangkau. Kekurangan: Meninggalkan kesan berminyak untuk sementara waktu. Dan kemasannya yang terbuat dari alumunium. Jadi, kalau sekali dipencet, kemasannya gak akan balik lagi seperti semula, gak travel friendly, karena kemasannya akan mudah rusak/bocor, khawatir isinya bisa keluar kemana-mana.

      Kekurangan keduanya adalah, krim tangan tersebut tidak mengandung SPF.


      Apakah Produk Di Atas Halal?

      L'Occitane, The Body Shop, dan Oriflame klaimnya cocok untuk Vegetarian, dalam artian tidak mengandung bahan turunan hewan yang diragukan kehalalannya. Untuk Viva Cosmetic sampai saat ini masih mengantongi sertifikasi halal dari MUI. Sedangkan Etude House tidak diketahui, meski banyak produknya mengusung produk yang tidak mengandung unsur hewani.

      Sekian dulu obrolan hand-cream malam ini. Semoga informasi dan reviewnya membantu, ya.

      Wassalam :D

      Skin Care | Sariayu SOLUSI Eye Cream Review


      Assalamualaikum, Ceman-cemankuu! Sekarang aku mau review eyecream keluaran Sariayu SOLUSI yang terbaru ya. Sebenarnya, aku gak terlalu percaya sama yang namanya eyecream. Dan mungkin belum banyak yang menyadari, kalau eyecream sebenarnya merupakan salah satu kibulan terbesar yang pernah diciptakan di jagad industri kecantikan. Nah, lo.

      Lha, kok ini dibeli?? 


      Iya, penasaran aja, mau beli, haha *jitak.. Iya, beneran emang kepengen beli aja. Namanya juga cewek, kadang suka gak nyadar apa yang dia beli. Bener-bener cara belanja yang gak boleh diikuti. Tadinya sih, tujuanku mau coba beli sunscreen dari SOLUSI, tapi setiap cari selalu gak ada.

      Tapi, meski karena 'cuma kepengen' beli, ini tetep kupakai kok. Soalnya, akhir-akhir ini aku memang gak terlalu sering pakai krim-krim di area wajah saat malam hari, tapi tetep kepengen area mataku ini lembab selama tidur, jadi kupakailah krim mata ini.

      Tadi aku bilang kalau eyecream itu salah satu scam atau kibulan industri kecantikan yang memang menuai pro dan kontra sampai sekarang. Tapi, untuk membahas ini kayaknya lebih enak masuk di postingan tersendiri. Sekarang masuk ke ranah review aja dulu, OK.


      Sekilas Sariayu Solusi Organic Revolution Renewage

      Sariayu SOLUSI Organic Revolution Renewage merupakan salah satu varian terbaru dari Sariayu yang mengusung produk yang kandungannya lebih ramah di kulit, salah satunya bebas zat-zat yang konon katanya sih berbahaya, seperti mineral oil, paraben, propylen glycole dan zat pewarna.


      Tapi yang menjadi ketertarikan ku terhadap produk terbaru ini bukan dari free ini-itu nya, melainkan label Organic yang ada pada produk tsb. Jadi, produk Sariayu SOLUSI ini memang menggunakan bahan organik pada ekstrak alami sebagai zat aktifnya, ini pertama lho di Indonesia! Ditambah, rangkaian Sariayu Solusi sudah mendapatkan sertifikasi ECOCERT, sebuah badan sertifikasi produk organik yang diakui International.


      Manfaat

      deskripsi produk

      Eyecream ini  klaim nya bermanfaat untuk:
      1. Mengurangi dark circle
      2. mengurangi kantung mata
      3. mengurangi garis halus
      Juga mengandung ekstrak licorice sebagai agen pencerah, memberi rasa sejuk di kulit dan mengurangi iritasi ringan.


      Kesan

      Yang kusuka dari eyecream ini adalah tekstur krimnya yang ringan. Kalau yang sering coba-coba macam krim mata, pasti tahu deh kalau krim mata rata-rata terasa tebal, lengket dan terasa 'pengap' di kulit. Kalau ini enggak :)

      Aromanya juga enak, suka deh, wangi anggur hijau :3

      Meski isinya sedikit, cukup pakai sebesar biji kedelai saja bisa mencover kedua kulit mataku. Lumayan hemat.

      Bisa mengurangi dark circle? Ya. Tapi, sebenarnya aku gak terlalu yakin, apakah dark circle ku hilang karena tidur atau apa. Karena, pertama, dark circle ku emang gak terlalu parah. Kedua, dark circle ku biasanya bisa hilang hanya dengan tidur cukup.

       Kalau kantung mata? berhubung gak punya kantung mata dan jarang punya kantung mata (kecuali habis nangis kali ya, haha), jadi aku gak bisa menilai.

      Kalau keriput halus/fine lines? Aku juga gak tahu, karena emang belum punya *cie. Lagian memang gak wajar kalau perempuan dibawah 35 tahun udah punya kerut halus. Kalau punya, berarti udah masuk kategori penuaan dini tuh.

      Btw, bedain ya finelines karena usia sama gurat halus yang sudah ada dari lahir. Aku juga punya guratan halus di bawah mata yang sudah ada sejak kecil. Cara membedakannya, kita harus hapal peta dari kondisi kulit kita di saat normal. Lagipula, kalau finelines karena penuaan, selain terlihat ada guratan, pun terlihat kering dan kisut. Bedakan juga dengan gurat halus saat tersenyum, kalau itu normal, namanya smile lines.


      Produk Ini Halal?

      Dari kemasan produknya memang belum terlihat adanya label halal. Tapi setelah ku tanya, katanya memang sedang dalam proses sertifikasi. Ya, kita tunggu saja, semoga Sariayu SOLUSI segera menyusul saudara-saudaranya yang lain.

      Semoga bermanfaat.
      Love, Momzhak